Rabu, 28 November 2012

cucuran airmataku


Aku yang tadinya anak yang diam dan tidak neko-neko berkhayal
gimana kalo aku gak nurut lagi sama orangtua
semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan
termasuk aku meskipun aku selalu ingin berjuang demi membanggakan orangtuaku
aku termasuk orang yang kurang perimpen lah istilahnya atau bisa juga di bilang teledor
banyak hal yang ku inginkan selalu dadakan dan itulah yang membuat orangtuaku mengeluh
orangtuaku juga begitu. Meskipun mereka sangat ramah kepada orang-orang dan mudah bergaul
mereka juga memiliki kelebihan yaitu sangat memanjakanku suatu saat.
Disaat yang lain mereka keras dan menurutku gak pernah mau ngalah apalagi minta maaf.
Aku menulis ini memang ada alasannya.
Tadi ayahku bercanda denganku hingga tertawa bersamaa-sama namun saat aku kembali dengannya kami berdua terpeleset dan ayahku marah-marah dengan keras di jalan itu.
Aku malu, tidak bisa berkata apa-apa dan sangat syok.
Aku binggung apa sih salahku sampai di salah-salahin gitu.
Tak dapat ku sembunyikan air mata yang terus mengalir.
Aku gak perduli kakiku sakit ataupun sepedaku rusak.
Hatiku sakit. Sangat sakit.
Terkadang aku bertanya-tanya apasih yang harus aku lakukan.
Harus sepintar apa aku? Harus senurut apa aku? Agar mereka mengerti perasaanku?
Aku sangat sayang pada mereka. Pada ayahku yang sangat menyangiku dan selalu menuruti kemauanku, pada ibuku yang selalu membuatku tertawa dan menemaniku bercanda.
Tapi bagaimana caranya mereka bisa sadar bahwa aku disini sudah sangat berusaha.
Meskipun kadang aku masih iri dengan temanku yang setiap pagi di buatkan makananan oleh ibunya untuk sarapan ataupun yang di antarkan ayahnya setiap hendak ke sekolah.
Aku sadar mungkin aku di latih untuk mandiri.
Tapi di sisi lain kehidupanku yang serba di turuti ini.
Aku masih saja iri dengan temanku yang memiliki sesuatu yang tidak ku miliki.
Seperti yang ku katakan tadi~.

Minggu, 25 November 2012

hidupku seperti sinetron1



Ya dia yang disitu..”aku binggung kenapa semua orang melihat kearahku?
emm, ada apa ya? “ tanyaku dengan jatung yang berdebar-debar karena takut.
gak ada apa-apa cuman aneh aja kok ada gembel yang ke perpustakaan sebesar ini” ejek perempuan dengan rambut keriting gantung yang kelihatannya anak kuliahan. Meskipun sakit hati aku berusaha diam dan tidak memikikan apa yang di katakannya tadi. Aku tergesah-gesah mengembalikan buku yang ku baca kedalam rak buku tempat yang sama saat ku mengambilnya. Ku coba melirik ke arah sekelompok anak remaja yang melihat ke arahku tadi dan setelah mengetahui dia tidak mengawasiku akupun keluar dari perpustakaan umum kota ini.
ttiiin-tiinnnn.. “ terlihat ayahku dengan sepeda motor tua pinjaman dari tetangga di tempat kos kami. “ayo nak kita pulang” ajak ayah.. “maaf ayah, tapi aku mau pergi ke rumah tika mengerjakan tugas sekolah bersama” ucapku dan kemudian ayah menghantarkanku ke rumah tika.
Kenalkan namaku putri alina gadis desa dengan mimpi yang begitu tinggi hingga aku dapat masuk di sekolah menengah atas di kota besar tanpa biaya. Aku bukan orang kaya ataupun orang cerdas. Aku masih merasa kurang di banding murid-murid di sekolah ini yang pada dasarnya memang sudah terdidik mulai awal. Namun aku selalu berusaha melakukan yang terbaik demi masa orangtuaku di desa agar kami dapat hidup secara layak.
Aku dapat pergi ke kota ini karena bantuan dari guruku yang di pindah tugaskan menjadi guru di kota. Meskipun berat meninggalkan orangtua akupun mengikuti mimpiku dan aku berharap ini menjadi awal yang baik untuk masa depanku. Saat ini aku dapat membawa ayah dan ibuku menemaniku di kota meskipun kami belum memiliki rumah tetap. Setiap hari libur aku bekerja di rumah tika untuk bersih-bersih dan membantunya mengerjakan tugas.
darimana lin? “ tanya mama tika yang sudah memberiku pekerjaan selama 8bulan yang lalu.
itu tante tadi habis dari perpustakaan nyari tugas yang kelompok dari sekolah kemarin” jawabku sambil melepas sepatu.
ohh.. yaudah kamu makan dulu gih uda tante siapin di dapur.”
iyya tante makasiihh “ jawabku dan aku menuju ke dapur untuk mengambil makanan. Disini aku sudah di anggap sebagai saudara meskipun aku di bayar. Keluarga tika sangatlah baik dan peduli hingga aku merasa seperti berada di keluarga sendiri.
“assalamualaikum lina” sapa mas rudi kakak tika dengan senyum menggoda.
waallaikumsallam, eh mas rudi sudah pulang kuliah mas? “ tanyaku kaget setelah melihat mas rudi duduk tiba-tiba di samping sofa yang ku duduki. Mas rudi memang sangat iseng namun baik hati dan tak jarang dia menggodaku setiap aku kesini.
iyya nih lin, dosen gak dateng yaudah gue tinggal aja” jawab mas rudi sambil meminum segelas air minumku. Dan kemudian tika turun dari kamar menuju ke ruang tamu dimana mas rudi sedang duduk di sampingku.
eh mas, dateng-dateng malah godain gebetanmu, di cari mama loh, sana-sana!!” ujar tika sambil menarik kakaknya yang memang sangat genit itu.
dahhh lin, tunggu gue ya..” goda mas rudi sambil mengikuti tika yang mungil menuju ke teras.
Aku kembali menunggu tika sambil tersipu karna tingkah mas rudi. Siapa yang tak suka dengan laki-laki berpendidikan, atlet, kaya, baik dan tampan seperti mas rudi. Namun karena aku menghormatinya jadi aku mencoba menganggapnya sebagai kakak sendiri, toh dia juga mungkin menganggapku sebagai adik saja.
woy lin, jangan ngelamun, yok ngerjain tugas” gertak tika dan kemudia kami mengerjakan tugas bersama.
Setelah aku naik kelas 3 SMA kini aku semakin rajin, tabunganku selama SMA dan uang hasil penjualan rumah serta sawah di desa cukup untuk membeli rumah sederahana di kota. Ibu kini berjualan makanan keliling dan ayah menjadi tukang sapu jalanan, namun aku bangga akan jerih payah orangtuaku. Aku masih tetap berhubungan dengan tika meskipun aku sudah tidak kerja di rumahnya lagi. Saat ini ada kemajuan di hidupku, aku membuka tempat les untuk anak sd hingga sma bersama beberapa temanku dan hasil bagi tiap anak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aku melakukan hal ini dengan senang hati dan ikhlas meskipun kadang bayaran tak menentu.
Masalah hubunganku dengan mas rudi kini berlanjut, kami sering berkomunikasi lewat sms semenjak orangtua tika membelikanku handphone di usiaku yag ke 17. keluarga tika tahu jika mas rudi sering sms'an denganku karena mas rudilah yang membelikanku nomer dan mas rudi yang memberikan kadonya di malam ulang tahunku. Terkadang aku merasa aneh dengan perasaanku sendiri. Namun aku mengerti belum saatnya aku memikirkan hubungan aneh ini.
Semester dua mejelang ujian nasional aku sangat pusing dengan tugas-tugas serta masalah tempat les yang aku dirikan namun aku tetap menjalankan itu hingga 1 bulan menuju unas di berhentikan sebentar agar kami dapat fokus pada ujian dahulu. Beberapa univesitas sudah menawariku untuk berkuliah disana. Kebanyakan universitas elit yang menakutkan untuk gadis berpakaian kaus usang sepertiku. Namun akhirnya aku masuk di universitas negeri yang sama dengan mas rudi jadi aku bisa sedikit tenang memiliki kenalan yang ada di kampusku.
“lina, besok awal ospek kamu berangkat bareng aku aja ya? “ ajak mas rudi saat bertemu denganku di SMAku.
gak ngerepotin ta mas?” tanyaku dengan segan
gapapa kok dek, lagian aku lagi ada perlu juga ke kampus besok pagi”
okedeh mas, makasih ya “ ucapku tersenyum sambil membawa buku-buku yang terlalu berat jika ku masukkan di tasku. Kami mengobrol lama sekali hingga akhirnya kami menemukan tika yang kecapekan membantu pak sodik memprogram komputer sekolah. Tika mengambil kuliah di luar kota sedangkan aku tetap di dalam kota ini bersama mas rudi yang membantuku. Tak ada hentinya tika menggodaiku karena memilih kampus yang sama seperti mas rudi.
Setelah ospek selesai dan akan mulai pelajaran, aku menggambil kuliah senin,rabu,kamis sedangkan mas rudi senin,rabu,jum'at. Kami tidak satu jurusan, aku jurusan kimia sedangkan dia kedokteran. Aku tak tahu kenapa kuliah terasa santai daripada usahaku di jenjang SMA dulu, namun aku berusaha memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Hingga aku melewati semester awal dengan baik. Saat libur membuat skripsi tika mengundangku ke acara ulangtahunnya dan inilah hari yang sangat membahagiakan buatku.
Sore itu aku memakai gaun pemberian tika yang memang wajib digunakan jika dia ulangtahun, dan aku menepati janji untuk mematuhi semua permintaannya saat dia ulangtahun. Ibuku memujiku denga beribu-ribu kata dan ayahku mendukungnya. Baru kali ini orangtuaku berkali-kali berkata “kamu sudah dewasa cantik, jaga diri baik-baik dan nikmatilah kehidupanmu” aku sedikit bingung dengan kata-kata itu dan kemudian mobil vios merahpun berhenti di rumahku. Ayah bersemangat membukakan pintu.
selamat bersenang-senang cinderella, jangan lupa kado dari ayah ibu di sampaikan ke tika ya nak” goda ayah sambil cengar-cengir. Kemudian kulihat di depanku wajah rupawan itu dan kutahu dia sudah menunggu.
Gaun merah merona ini membuatku deg-degan, badanku terasa dingin karena baru pertamakali aku berdandan semewah ini. Dan aku berjanji akan membalas tika karena membuatku setakut ini. Aku sangat takut melihat kaca, bahkan melihat lelaki di sampingku ini. Aku tak perduli dengan pujian orang aku hanya takut mereka menertawakanku saat tiba nanti. Tanpa banyak bicara aku langsung masuk ke dalam mobil tanpa mengintip lelaki yang pastinya sudah aku kenal.
kamu cantik lin malem ini.. “ puji mas rudi dengan yakin tanpa ada nada bercanda dalam ucapannya seperti hari-hari biasanya. Jatungku terasa berdebar-debar hingga aku takut mas rudi mendengarnya.
ini janjiku ke adikmu yang cerewet itu mas, kalo gak di turutin setannya keluar nanti” balasku sambil menyalakan radio supaya santai.
tapi serius deh, adekku itu pinter banget nyuruh aku njemput putri cantik ini” canda mas rudi, kemudian aku mencubit lengannya dan kami tertawa bersama di dalam mobil hingga ketegangan yang aku rasa tadi mereda seiring tawa kami.






-BERSAMBUNG-

just write1


Haloo bloger..yukk marii baca ceritaku..ini tentang Diklat di sekolahku. Diklat di sekolahku selalu di adakan setiap tahun, misalnya tahun lalu aku yang menjadi peserta diklat dan kemarin jum'at aku menjadi panitianya. Aku mengikuti exkul kuliner yang di beri nama “SMAMDA KULINERY ACADEMY”. Diklat tahun ini jauh lebih ringan dari pada diklat tahunku kemarin. Kesannya cenderung lebih santai dan asik meskipun aku jengkel dengan adik kelasku yang kelihatannya “ngesokk”. Disana kami mendapatkan ruang materi di lantai satu dan panitia akan tidur di sebelah ruang materi. Tapi bagian kesiswaan di sekolah menyuruh semua siswa dan siswi tidur di lantai 3 dan 4 akhirnya panitiapun pindah. Oh ya exkulku paling banyak loh anggotanya dan karena itulah kami selaku panitia berdelapan harus ekstra solid dan semangat. Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan diklat dengan akting yang lumayan bisa bikin adik kelas nangis dan diem semua.. kesannya kami disana “over akting” di depan semua peserta dan akhir acara saat aku melihat data peserta ada beberapa peserta yang memilih aku sebagai senior terheboh dan ada juga yang terjutek hahaha =D  

Kamis, 22 November 2012

my father friends

Kenapa semua terasa tidak adil bila ku lihat mereka yang menetap di pinggir rel kereta bahkan di sebelah terowongan dengan usahanya sendiri mendirikan usaha meskipun di tanah kotanya sendiri. Mereka memang telah membayar pajak pada negara ini bahkan semua orang pun juga. Bayangkan berapa uang yang tersisa bila ratusan ribu orang membayar pajak tanpa mendapat manfaat karena dia sudah kaya. Namun liatlah di bawah sini masih ada orang seperti ini yang saat ini bersusah payah merobohkan sendiri tempat kerjanya yang telah lama ia tinggali karena adanya penggusuran dengan alasan ini tanah milik pemerintah.. Memangnya apa gunanya jalan sempit ini? Di buat mall kah? Tempat smua org menghambur"kan uang? Sedangkan mereka yang telah menetap dan membanting tulang disini di suruh pindah begitu cepat hingga tak tau kemana arah mweka meneruskan perjuangan hidup untuk menghidupi keluarganya. Apa kelanjutan perjuangan mereka ini? Adakah tempat ganti yg lebih layak bagi mereka? Aku tak tahu aku hanya berharap sang pemilik tanah ini mengerti apa yang mereka lakukan harus ada konsekuensi..

Jumat, 02 November 2012

saat mereka menyayangiku


     Dia duduk di bangku sekolah tempat dia biasa tertawa bersamaku setiap jam pelajaran kosong ataupun setiap jam istirahat di mulai sambil menangis. “kamu kenapa vi?” tanyaku sambil menguyah makan yang ku beli dari kantin tadi aku duduk seperti biasa tepat di depan bangkunya bersama danin di sebelahku. Kami berdua menunggu dia berbicara namun air mata justru mengalir dan ku anggap sebagai jawaban. Di kantin tadi ku lihat kelvin dengan tia sangat dekat ya berdasarkan gosip yang beredar nih mereka baru jadian. kelvin salah satu pria yang di suka revi memang memiliki wajah yang manis meskipun tidak terlalu tinggi dia termasuk anak futsal di SMAN 5 yang sangat keren. “sudahlah vi gak usah di tangisin, kan masih ada kita yang sayang sama kamu dan bakalan slalu ada buat kamu” ungkap danin dengan mengerlingkan matanya yang bulat itu sebelum akhirnya bel tanda masuk berdering nyaring sekali di telinga kami.
       Aku lebih dekat dengan danin dibanding sahabatku yang lain, bukan berarti aku membedakan mereka namun danin yang paling mengerti aku. “kelvin emang ganteng ya nin” ujarku iseng saat kelvin duduk di bangku pojok bagian depan dekat pintu masuk kelas. Danin dengan santai sambil mencatat tulisan yang terpapar di papan berkata “iya, kamu suka kan!” jengjeng.. aku kaget dengan perkataannya yang mungkin sengaja menggodaku “sudah ada yang punya nin, lagian revi kan suka sama dia duluan” ucapku setengah berbisik sambil tertawa. Saat itu aku takut sekali melukai revi yang sedang patah hati untuk menyukai kelvin, namun aku ingin dekat dengannya paling tidak bisa smsan dan berbagi cerita.
     Empat bulan berlalu dan revi sudah bisa move on katanya sih dan dia juga pernah bilang “yang lalu biarlah berlalu kawan” sambil tersenyum kemudian kami semua tertawa bersama lagi. Hubunganku dengan kelvin semakin baik, dan revi sudah tau itu. Aku merasa tidak enak dengannya meskipun dia merelakan kelvin dengan siappun. Aku belum tau pasti apakah ada perasaan lebih yang dia berikan kepadaku “yah yang penting temenan dululah, jodoh gak bakal kemana-mana guys” ucapku saat kami ber-empat dengan andya temanku yang cantik dan lola ini jalan-jalan di taman dekat komplek perumahan kami. Rumah kami ber-empat tak terlalu jauh, hanya beda blok saja. Rumahku dekat taman yang disertai dengan air mancur favoriteku saat masih kecil, dan rumah mereka di sebrang taman kecuali danin yang rumahnya diseblah rumahku.
Setelah ujian akhir sekolah di lakukan kami naik kelas 3 saat ini. Aku tetap sekelas dengan danin dan kebetulan revi dan andya juga sekelah. kelvin kini sudah putus dengan tia, tia sendiri yang memutuskan kelvin tak jelas alasannya. Mungkin kelvin kini sedang sakit hati karena sifat tia yang selama ini sering menyuruh dan membentak sekenanya sendiri tiba-tiba memutuskan hubungan. “maaf ya nilam, aku sakit hati banget sama tia. Jadi aku masih belum bisa percaya lagi sama cewek apalagi pacaran” ucapnya sehabis pelajaran olahraga minggu lalu. Aku mengerti perasaan kelvin meskipun sebenarnya harapan yang selama ini bersemi tiba-tiba teresa mengantung bebas diatas segalanya yang pernah membuat harapan itu muncul.
Aku tak biasa melupakannya meskipun kini dhani yang merupakan sahabat kelvin telah dekat denganku dan sangat perhatian padaku. “ada gebetan baru nih” goda andya saat mengotak-atik handphone milikku yang baru saja di pinjamnya. “eh, apaan sih, dia kok yang sms duluan” ujarku mengelak sebelum kelvin mendengarnya.
       Arlitha gadis mungil yang sekelas denganku saat prospek kimia berlari menuju kelas andya sambil bergegas mengucapkan sesuatu yang menjadi tujuannya berlari-lari kesini. Saat itu pula aku diam dan air mataku menetes semakin deras kemudian aku berlali meninggalkan mereka semua dengan perasaan yang begitu kecewa.
“huff.. nilam, hu..maaf ya sebhelmunya haaku tadi lihhat kelvin gandengan tangan samah karinah huuhh,kelihhatannyah mereka sudah jadian” ucap arlitha tidak jelas setelah berlari-lari kepadaku tadi. Hanya itu yang ku ingat di setiap pelajaran hari ini “nilam, tumben diem.. jangan galau di kelas ya nak” kata guru yang paling dekat denganku. Aku marah, bahkan sangat marah hanya karena kelvin seperti itu, namun aku sadar, dia bukan milikku, dia bebas berpacaran dengan siapapun. Waktu demi waktu beralalu tiga bulan setelah kelvin dengan karina, kini mevi dan zahra juga telah berpacaran dengannya. Memang aku sakit hati apalagi waktu bertemu kelvin di taman kompleks perumahanku “nilam, aku cuman mau main-main aja kok sama cewek-cewek” ujarnya padaku, paling tidak seperti itu yang ku ingat di saat aku duduk-duduk di air mancur favoriteku sambil bermain air dengan ikan-ikan yang baru ku beri makan. “gampang banget ya kamu ngomong mau mainin cewek di depanku yang gak kamu sadari kalau aku ini cewek tulen vin” balasku sambil kemudian berlari pulang kerumah.
     Hubunganku dengan dhani semakin dekat, karena perhatiannya yang begitu istilahnya WAAH banget bagi teman-temanku. Dia sangat sayang padaku begitulah katanya saat aku mengerjakan tugas di perpustakaan sekolah. Susah untuk melupakan kelvin masalalu yang jelas-jelas berubah saat ini. kelvin yang dulunya lugu,pintar,dan kalem kini berubah sebaliknya karena teman-temannya kini telah berganti juga. “lam, liat deh di kantin kelvin kini ngerokok bareng temen-temenya” ucap dhani yang aku titipi makanan di kantin, kemudian aku berlari tanpa berfikir apapun menuju ke kantin. Disana ku melihatnya duduk bersama gologan anak-anak nakal yang sangat aku benci selama bersekolah disini, namun saat ini aku tak perduli siapa saja yang ada disitu kecuali kelvin seseorang yang aku sayang justru bergaul dengan mereka. Kecewa,marah,jengkel semuannya menjadi satu.
“sudah lam jagan di masukin hati, ngapain sih kamu ngurusin aldy yang jelas-jelas udah nyakitin kamu” ujar aini teman sekelasku saat ini. “iyya ni, aku udah nyoba tapi susah” balasku sambil mencatat tugas kelompok yang di berikan pak guru. KRIINGGG!! aku membereskan bukuku dan bergegas pulang dengan danin. “udah lam,gak usah di pikirin move on yukks” goda danin yang sedang memakan es krim yang kami beli di dekat sekolah. “huuff.. oke harus di coba” jawabku sedikit memaksa. PLAKK!! “eh nin, awas kamu ya!” ucapku tertawa sambil segera mengejar danin yang telah melemparku dengan wadah es krim yang masih ada sisanya sehingga rambutku lengket karena ulahnya “hhaahaha, daripada kepalamu panas mikirin kelvin mangkannya aku kasih es krim” ucapnya sambil terus berlari. Yah setidaknya dia berusaha menghiburku dan akhirnya ku bisa tertawa lagi.
      Hujan menyambut pagiku yang kelabu, sambil ku pakai switer abu-abu milikku kemudian membuka pintu samping dan lari ke rumah danin. BRAKK!! “upps,untung gak ada orang” gumamku setelah membuka pintu rumah danin terlalu keras. Segera aku lari ke atas menuju ke kamar sahabatku yang pasti masih tidur. Kulihat di atas kasur pink terkaparlah seseorang yang ku kenal, kemudian sisa air di meja aku siramkan sehingga dia melompat. “eeehhh!! pooh apa-apan sih? “ucap danin kesal sambil menyebutku pooh. “wee minnie mouse kerjanya molor aja ayo kita jalan-jalan” balasku sambil mendorongnya ke kamar mandi. Setegah jam kemudian revi dan andya datang dan setelah danin selesai kitapun berangkat ke mall di antar oleh dhani.
“wee pooh, dia sayang banget sama kamu, kayak orang pacaran aja”, goda danin sambil menarik switerku dan kamipun kejar-kejaran di mall. “sory ya dhani, aku emang gini kalo sama nilam sering gak jelas tingkahnya” ucap danin ketika dhani tertawa melihatku kesal. “wee minnie mouse gak usah macem-macem” teriakku sambil ku pukuli dia. Dhani selalu menuruti kemauanku, dia selalu mengalah kepadaku, anaknya perhatian, konyol dan menyenangkanlah meskipun kelvin masih saja dihatiku. Berbulan-bulan berlalu seperti ini, aku dan dhani udah seperti orang pacaran. Sebenarnya aku kasihan dengan dhani karena kelvin masih sering dekat dan perhatian padaku, namun apalah daya aku masih suka.
“kelvin :) “ sapaku lewat sms..
“apa?” jawabnya. “tumben kelvin bales smsku gini” batinku dalam hati.
“gpp” balasku.
“geje” JLEBB!! jujur saat itu aku sangat kesal dan selama 3 minggu aku tak pernah sms'an dengan kelvin meskipun dia sms aku.
Matahari terbit dengan tenang beserta awan-awan tipis yang menghiasi. Hari cukup cerah untuk KTS di hari itu. Sambil mengambil binder aku turun dari bus yang mengantakan kami ke tempat yang menjadi objek kegiatan pada saat ini. “nilaam..” sapa kelvin saat kami berpapasan di parkiran bus. Aku yang saat itu mendengarkan musik mengunakan earphone hanya tersenyum dan kemudian aku jalan terus bersama anak-anak lain. “nilam,tugas kimiamu sudah?” tanya danin yang hobi mencontek tugas kimiaku. “udah semua, aku mau ke bus ya, ngantuk “jawabku sambil kemudian berjalan menunju tempat parkir.
“EHH!!” teriakku saat kelvin menarik tanganku namun aku ikut saja kemana dia akan membawaku. Aku duduk di kursi taman yang tertutupi beberapa daun yang menjuntai di sekitarnya. “nilam, maafin aku ya aku salah nggak milih kamu, maaf kalo slama ini aku berubah, aku sayang sama kamu” ujar lelaki yang dulu pernah ku sayangi sekaligus yang pernah menyakitiku hingga membuatku terpuruk. Air mata menetes saat itu kenangan indah saat dia membuatku jatuh cinta padanya, saat dia mengenggam tanganku di saat ku kehujanan di pinggir sekolah sambil memakaikan jaket tubuhku yang membeku, saat dia menangkapku sebelum aku terjatuh, saat dia melindungiku saat sepeda motor hendak menyerempetku langsung muncul begitu saja. Kemudian ku tatap matanya sambil berkata “vin, aku juga sayang kamu... tapi..” perkataanku terputus saat kulihat seseorang yang pernah menghapus air mataku saat ku lihat orang yang aku sayangi. Kulihat danin,revi,andya dan lelaki itu menghampiriku dari sudut yang berbeda,kemudian ku tau apa yang harus ku ucapkan saat ini. “ada seseorang yang tulus menyanyangiku yang tanpa imbalan menjagaku, yang siap menemani di setiap waktu terberatku dan rasa sayangku padamu tak sebanding dengan rasa sayang yang mereka berikan kepadaku, dan apapun yang terjadi aku lebih menyanyanginya karna aku tak mau mereka bersusah payah lagi menghiburku suatu saat nanti jika aku terpuruk karenamu”. Mereka semua mendengar ucapkanku terutama dhani yang saat itu tepat di sampingku dan dia berbisik “aku sangat sayang kamu” di susul dengan danin “kamu tak akan menyesal dengan perkataanmu itu”. Kemudian mereka semua memelukku dan aku menangis bahagia karena telah melakukan hal yang benar kepada kelvin.